Sejak saya menginjakkan kaki di jakarta 8 tahun silam, saya menyadari bahwa hidup bukan hanya sebatas makan, tidur, sekolah, kuliah, bekerja, membeli rumah mewah, mobil mewah, ibadah haji, membahagiakan orang tua. Pemikiran ini yang tertanam dalam diri saya sejak kecil, pikiran ini telah memperbodohi akal sehat saya selama bertahun-tahun.

Hingga pada akhirnya saya mulai belajar dari mana-mana sejak tahun 2009. Saya pernah terlibat dalam sebuah organisasi yang dianggap sesat oleh kebanyakan orang. Saya bahkan pernah memasuki gereja dan wihara hanya untuk mencari pembenaran dalam kehidupan. Tapi ternyata saya masih belum mendapatkannya. Saya beberapa kali sering berfikir saya tidak ada gunanya hidup, saya suka membantu banyak orang tapi tetap tidak bisa merubah segalanya. Masih ada yang salah dalam kepala saya.

Selama ini saya hanya menjadi penikmat dan penonton apa yang terjadi di Negeri ini yang katanya sebuah negeri merdeka dengan banyak pertumpahan darah dan perjuangan oleh pahlawan-pahlawannya.

Setiap harinya saya belajar melihat kehidupan, tapi saya masih belum bisa berbuat banyak. saya terkadang sangat menyesal kenapa tidak dari puluhan tahun lalu saya mencari tau seperti sekarang ini, tidak dari puluhan tahun lalu saya belajar sejarah, apa yang sebenarnya terjadi pada dunia ini.

Saya pernah menjadi seorang yang agamis, yang memiliki mimpi ingin masuk surga dengan memperbanyak ibadah hingga ketika bulan puasa pun semua ibadah sunnah saya lakukan berlipat-lipat kali di kala usia saat itu masih 13-16 tahun. Usia saat itu seorang anak biasanya hanya memikirkan main, tapi yang dalam pikiran saya hanyalah ibadah sebanyak-banyaknya. Namun semakin ke sini saya semakin bingung apa faedah semuanya itu dibandingkan dengan kehidupan yang penuh misteri ini. Saya berfikir, jika semua orang melakukan apa yang saya lakukan taat beribadah apakah dunia akan tenang? Damai? Sejahtera??

Ternyata tidak demikian, telah berbagai cara dilakukan oleh orang banyak untuk mencapai kesejahteaan itu, namun apa yang terjadi hingga sekarang hanya kekacauan yang terlihat di depan mata. Hanya sedikit perubahan yang terjadi meskipun perubahan itu berusaha mencapai titik maksimalnya untuk kepentingan orang banyak. tapi selalu ada celah untuk orang berbuat jahat.

Saya tidak melihat kebenaran sedikitpun di zaman sekarang ini, kalaupun ada dari milyaran manusia hanya nampak 1-2 orang. Bahkan saya katakan 0. Tidak ada lagi kebenaran yang terlihat. Isi kitab suci yang saya baca selama ini tentang sejarah-sejarah para nabi ternyata tidak sesuai, di dalamnya mengatakan kebenaran akan menang. Tidak, kebenaran pada masa sekarang selalu kalah dengan hal yang lebih tinggi. Kebenaran selalu kalah dengan kekuasaan dan uang. Apakah Tuhan yang dimaksud di sini adalah kekuasaan? Uang? Apakah ini yang dimaksud oleh sejarah-sejarah zaman dahulu bahwa manusia telah berzinah dan telah berselingkuh yaitu maksudnya manusia telah menTuhankan  menTuhankan uang dan kekuasaan tersebut, tidak menTuankan Tuhan yang sesungguhnya.

Di mana letak Tuhan sebagai zat yang Maha Tinggi. Saya tidak melihatnya sama sekali. Terlalu banyak pemikiran-pemikiran muncul dari zaman ke zaman, dari pemikiran plato, kemudian kitab-kitab suci yang diturunkan kepada Musa sampai ke Muhammad. Semuanya masih belum bisa menjawab untuk mengatasi semua masalah yang terjadi di abad 21 sekarang ini. Apakah Tuhan masih berfungsi di zaman sekarang ini? Atau Tuhan telah mati seperti yang dikatakan oleh kebanyakan orang juga dituliskan oleh Karen Amstrong pada “Sejarah Tuhan” bahwa Tuhan telah mati atau telah pergi jauh. Telah banyak konsep tuhan yang sudah diciptakan manusia dari berabad-abad silam.

Saya bukan orang ateis yang tidak percaya eksistensi Tuhan. Saya masih memeluk agama yang diturunkan oleh orangtua saya. Namun saya juga penasaran kondisi zaman sekarang. Apakah Tuhan tidak mampu memberikan pemahaman kepada dunia untuk mengatasi masalah-masalah yang ada? Serendah itu kah ilmu Tuhan?

Lalu apa gunanya orang-orang yang setiap hari berbuat kebaikan tapi tetap tidak bisa merubah segalanya. Melihat kisah sejarah para nabi-nabi, apakah mungkin seorang diri dapat merubah seluruh umatnya di saat itu, untuk mengikuti paham yang diturunkan langsung dari Tuhan Allah. Bagaimana cara para utusan Tuhan itu bekerja saat itu, di kala dia menghadapi segala banyak masalah yang terjadi di bangsa itu. Apakah mungkin kondisi dunia sekarang sama dengan kondisi yang dihadapi para utusan Tuhan di zaman belakang?

Melihat kondisi yang sangat rumit ini, yang sangat kompleks ini seakan-akan saya tidak percaya bahwa pernah ada suatu peradaban yang hidup dengan penuh damai dan sejahtera. Itu semua dongeng belaka. Itu semua bohong. Bagaimana tidak, siapapun bisa membayangkan kondisi seperti itu, tapi coba lihat, buka mata lebar-lebar apakah mungkin kondisi sekarang ini bisa mencapai titik itu??

Dalam kaum agamis pasti akan menjawab tugas kita yang penting menyebar kebaikan. Ya saya setuju, tapi jika tidak memberikan kontribusi yang riil, itu semua Nihil saya katakan. Harus ada teori dan tindakan nyata yang kuat untuk menguji mengenai ini. Bukan hanya angan-angan belaka seperti layaknya yang terjadi pada dongeng anak kecil sebelum tidur, atau FTV atau drama korea yang selalu happy ending.

Ah saya masih banyak PR yang harus dikerjakan, saya harus belajar dari awal di kala orang-orang sudah melangkah maju. Pemikiran dan keinginan ini baru muncul dikala usia saya sudah 1/4 abad. Teman-teman saya sudah sibuk mencari nafkah demi masa depan, sedangkan saya harus masih belajar mencari benang merah di setiap sejarah, Dan pada akhirnya, saya lebih memilih untuk menghabiskan logistik saya untuk belajar kebanding investasi tanah, rumah, mobil atau impian-impian jalan-jalan ke luar negeri kayak orang-orang.

Jakarta, 24 Mei 2016

Tinggalkan komentar