Selasa hari ini lumayan nyaman terasa. Memang tidak seperti saat minum air pada siang-siang bolong di padang pasir di saat kehausan. Tapi rasanya seperti minum air di siang hari di dalam rumah. Di kantor terdapat suasana baru, mungkin karena sudah dapat teman ngobrol baru yang lumayan “gila” sehingga bisa menghibur suasana jiwa yang teracak seperti puzzle.

Sepulang kantor saya tidak langsung ke rumah. Mampir di pinggir laut menikmati angin laut dengan segelas saraba (minuman jahe) dengan gorengan ditemani teman. Teman yang satu ini memang tidak gila, tapi lumayan membuat adem seperti sedang berada di bawah pohon di siang hari.

Setiba di rumah, suasana rumah sudah mulai membaik. Tadi saya sudah sempat menyuntik bapak sekali. Saya tidak menanyakan kabarnya hari ini, tapi melihat raut wajahnya seakan berbicara “tenang, tidak usah risau, saya baik-baik saja”.

Dulu saya selalu merasa bahwa semua yang saya miliki akan pergi satu persatu, apapun itu cepat, lama, lebih lama, atau lebih cepat. Dan saya tidak pernah takut akan hal itu, karena saya itu siklus kehidupan memang seperti itu. Atau bahkan saya yang akan pergi terlebih dahulu.

Sekarang, ego “merasa tidak mau kehilangan” itu muncul. Ego semua harus tetap di sini itu muncul. Apakah karena sekarang tinggal serumah? Mungkin. Bisa jadi.

Jenis tulisan saya juga sudah berubah, saya lebih banyak curhat masalah pribadi yang selama ini saya anggap bukan suatu masalah. Ini siklus kehidupan yang wajar. Dulu setiap orang yang curhat masalah keluarga, saya selalu tersenyum dan diam. Saya merasa hidup itu memang begitu, hanya perlu dijalani.

Dan, kehidupan seperti itu saya rindukan. Saya tidak pernah peduli dengan apapun. Saya menjadi cengeng sekarang. Mungkin, memang lingkungan saya saat ini tidak membuat saya menjadi kuat. Entahlah.

Tapi hari ini saya bertemu dengan teman yang cukup membuat perut saya terisi, tidak kelaparan meski saya tidak kenyang. Minimal, saya masih bisa hidup untuk besok. Senyum yang mereka berikan cukup untuk buat hidup besok. Tidak sampai lusa. Kecuali mereka mengisi ulang besok baru bisa sampai lusa. Entahlah.

Tapi tidak juga, sapatau besok ada yang datang untuk memberi makan hingga bertahun-tahun. Yang pasti besok saya masih hidup. Yakin banget? Iya saya yakin, masalah nyawa dari Pemberi nyawa itu hal lain lagi.

Pengennya blog ini keisi dengan tulisan bernyawa, tidak seperti mayat hidup kayak sekarang, hanya saja saya tidak punya bahan. Otak saya entah karena sudah kosong atau memang sudah tidak berfungsi lagi untuk menulis seperti genre saya sebelum-sebelumnya. Entahlah.

Saya sudah ngantuk, nanti ketemu besok. Saya pun tidak tahu besok akan bercerita tentang apa. Bisa tentang esok, bisa tentang hari ini, atau tentang hari kemarin atau juga tentang impian masa depan. Entahlah.

Kita liat saja besok.

Selamat malam

Baubau, Ruang penenang, 04022020

#budaksemesta
#pelayanpikiran

Tinggalkan komentar